Mitos Desa racun Semendo



Dulu...
sering sekali aku mendengar jika desa kelahiranku itu orang-orangnya terkenal suka meracuni orang lewat makanan. Lalu kutanyakan pada bapak kebenaranya...
"terjadinya zaman dahulu, tapi terkenalnya sampai sekarang. Itu mengapa para desa tetangga enggan untuk makan desa kita karena takut diracuni. Namanya Zaman dahulu hukum rimba masih berlaku, siapa yang kuat dialah pemenangnya. Nenek moyang kadang menimba ilmu racun hidup, ilmu itu selalu diwariskan pada anak cucunya, tapi jika tidak diwariskan balasanya adalah kematian untuk keturunan mereka...tapi ilmu itu sudah musnah sekarang"

Mak dan pernikahanku


Tidak ada debaran...
Tidak ada semu di wajahku...

Hanya perasaan selintas dan pilu, hanya itu saja... perasaan menghentak-hentak ulu hati, ketika terbayang aku akan menjadi milik pria asing belum kukenal sama sekali, serta kesedihan akan meninggalkan mak... tak ada senyum di bibirku, kecuali bengkak pada kedua mata sebab tangis malam tadi tiada henti. Jilbab hijau terpasang rapi di kepalaku, di hiasi dengan bunga-bunga melati, aku ditemani oleh beberapa gadis di dalam kamar yang bernuansa biru. Diluar ruang tengah rumah... sudah ramai keluarga mempelai laki-laki mendampingi menyebutkan ijab kabul... sudah aturan Agama dan Adat istiadat jika ijab kabul dilakukan terpisah. 

Anehnya... malah para gadis di dalam kamarku yang heboh, aku hanya menyeringai selintas. Kudengar suara tua bapak melalui pengeras suara... ia menyerahkan anak bungsunya ketangan laki-laki  ia pilihkan untuku, meskipun tanpa pacaran sama sekali... tanpa berkomunikasi.... tanpa aku tau siapa dia sebenarnya, hanya informasi umum... dia lebih muda dua tahun dariku serta laki-laki pekerja keras.... mak yang memilihkanya untukku... menarik, acara ijab kabul itu prsis seperti di film Ayat-Ayat cinta, meski kisah cintanya sama sekali tak mirip 0% pun....

setelah ijab...

aku duduk berdampingan denganya...

Benar, dia laki-laki muda... ada perasaan dingin menyergap dalam hatiku, rasa aneh yang coba tidak kumengerti sama sekali...

Aku mulai sujud pada mak...

Catatan tentang Mak & Bapak (Jalan pulang menuju rumah) I


Umurku masih 28 tahun dan belum menikah pulak… aku belum bisa merasakan prasaan sebagai seorang ibu, tapi… aku  mengerti, arti kecewa, arti sedih, arti bahagia sebagai orang tua. Ramadhan tahun lalu, ada sebuah iklan menggugah hati nuraniku sebagai anak, ketika sang ibu menghubungi anak prempuanya lewat telepon seluller, anak tersebut merejek panggilan sang ibu, sang anak sibuk proyek pembangunan. Sang ibu lalu menelpon putranya, tapi jawaban anaknya “nanti saja bu… saya sedang metting” sang ibu terdiam… ekspresi wajahnya kesepian dan kecewa.  Mendekati lebaran, kedua anak pulang, ketika melihat tanda bendera kuning di pinggir gank rumah dua saudara itu menangis tersedu-sedu saling berpelukkan, tiba-tiba suara renta memanggil keduanya … putra dan putri ibu itu berhaburan sujud di kaki sang ibu… Alhamdulillah ternyata bukan ibu meninggal, tapi orang lain. Tuhan masih memberi kesempatan kepada kedua anak tersebut untuk pulang dan menyisihkan sedikit waktu untuk orang tua mereka.

Lalu… hari ini, ada sesuatu mendesak keluar di ujung mataku, tangis jatuh tertahan dalam dekapan bantal, entah itu wujud rasa bersalah? Atau? Ah entahlah… bagaimana jika aku tlah jauh nanti? Di daerah Sumatra saja kadang anak sulit menyisihkan waktu mengunjungi orang tua, bahkan satu kota saja enggan menjenguk karena alasan kelese “sibuk bekerja” apalagi nanti aku harus menyebrangi pulau… masihkah bisa melihat mak dan bapak sesering ini? 

Bapak selalu memanggilku, tapi bukan namaku keluar dari bibir bapak… beberapa nama anak prempuanya bergilir disebut… wujud rindu pada anak, yah… benar kata pepatah “kasih orang tua sepanjang nafas, kasih anak hanya sepanjang tangga…”

“ah, sudah tua…jadi salah nama terus” cetus bapak…

“Dunia pasti berputar, ada saatnya semua harus berubah” itu kata ST12… kita harus menjalaninnya. Bapak dan mak tlah ikhlas menjalani semua hidup ini. Bonus hidup tak terhingga, mereka lakukan sekarang adalah  menunggu di sebuah rumah dibangun dengan hasil keringat yang tlah senja, menunggu petang dan malam…  tujuan kedua orang tuaku bersusah payah membangun rumah itu adalah wadah supaya keturunannya berkumpul di sana melebur rindu satu sama lain…

Baqgulai (Makanan khas daerah Semende)

Baqgulai pernah mendengarnya? ini adalah jenis masakkan berkuah dan kental, ketika kamu mencicipnya akan terasa aneh, keunikan Baqulai terletak pada kuah, sekilas kental seperti santan, tapi ternyata tidak, itu bukan santan kelapa, tapi kuahnya di campur beras telah dihaluskan lalu di lebur bersama bumbu lengkap, sebelum di haluskan, beras kira-kira rendam dulu hingga mengembang

Selain sayur mayur, Kuah Baqulai juga bisa digunakan untuk daging sapi dan ayam. Kebanyakan orang Semendo memasak bagulai dengan sayuran yang bertestur agak keras seperti terong, labu, buncis, kubis bahkan wortel... masakan ini favorit orang tua suku Semendo, dan tetap di lestarikan sampai sekarang secara turun-menurun.... masakan ini sangat kaya akan nutrisi dan unik.

Endung Kebau, Bapang Kebau


Dongeng ini salah satu terpopuler sering sekali mak ceritakan padaku sebelum tidur semasa aku kanak-kanak.... cara mak bercerita sangat unik, ia menceritakanya dengan cara berdendang... aku akan mencoba menceritakanya kembali dengan versi-ku....

Disebuah desa, hiduplah satu keluarga aneh, 6 anak manusia memiliki orang tua kerbau. kelima anak anak kerbau ini tidak mengakui jika dua kerbau di kandang tersebut adalah mak bapak mereka... setiap hari anak-anaknya menyiksa, hingga terluka, di paksa bekerja tiada henti... tapi anak bungsu dari kerbau tersebut menerima keadaan orangtuanya denagan ikhlas, ialah merawat penuh cinta tiap kali kerbau ini terluka atas perbuatan kelima anaknya

Asal mula kata "Semende" dan Tunggu Tubang


Ketika kawasan Semendo raya masi berbentuk hutan, penghuni pertama adalah Puyang awak, kemudian di susul oleh 4 orang pendatang menetap di hutan itu, mereka adalah

1. Puyang Redia Sakti


2. Puyang Raja Ngekap

3. Puyang Nakanadin, dan

4. Puyang Nuh Maca

Film PENGEJAR ANGIN(Film pertama Semendo)


Dulu ketika film ini keluar, gak terlalu tertarik...nah pas di tayangin di RCTI, weih keren... budaya Semendo dapet, bahasanya ngena... dan lokasinya juga pas, aspek pendidikan dan budaya di film ini seimbang sekali, meski ada juga mistiknya... bapang-nya Dapunta itu ternyata adalah harimau, keren lagi pas Dapunta Kuntau (ilmu bela diri dalam bahasa Semendo). Ketika Bapang Dapunta mewariskan sebuah puasakan di kenal sebagai Gerahang/Kudo di suku Semendo, salah satu adegan paling menarik. Romantis-romantisnya juga ada hihihihi....

Film ini juga mengangkat tentang para perampok yang di ketua bapang Dapunta, kalo kami bilangnya sih bajing loncat, para perampok trorganisir, mereka memilih bis-bis lewat di daerah mereka sebagai sasaran empuk, itu emang kenyataan...ada dan kakak tingkatku pernah mengalami kejadian serupa...prsis seperi di film ini, konon katanya bajing loncat itu merampok bukan untuk memperkaya diri sendiri, tapi hasil rampokannya di bagikan dengan penduduk setempat... itu katanya:P

Nah...

Sebagai putri suku Semendo, aku merasa bangga dengan adanya Film ini....

Kamu juga bisa downlod film ini... downlod aja di situs ini  filmterkini







Sinopsis Film PENGEJAR ANGIN

Di sebuah kampung di daerah Lahat Sumatera Selatan, tinggal seorang remaja bernama DAPUNTA (18) yang sebentar lagi akan lulus SMA dan harus menentukan ke mana masa depannya harus melangkah

Ibu Dapunta (BUNDA), sebenarnya sangat ingin agar Dapunta yang cerdas, melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah, tapi masalahnya sang AYAH menentangnya. Ayahnya itu lebih menginginkan Dapunta yang dikenal sebagai pengejar angin, julukan bagi pelari tercepat di kampung itu, untuk melanjutkan jejaknya sebagai pemimpin dari para Bajing Loncat di Kampung mereka

Sampai suatu hari, Dapunta memberanikan diri untuk mengatakan kepada ayahnya bahwa ia mempunyai mimpi. Dan untuk itu, ia harus sekolah. Ia harus kuliah. Dengan cara apapun.

Pulau Komodo masuk 7 keajaipan dunia alam

TAMAN NASIONAL KOMODO - NTT


UMUM
Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer).
Letak kawasam TN Komodo di ujung barat Propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di antara Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) dan Pulau Flores (Nusa Tenggara Timur). Secara administratif kawasan ini terletak di dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Status dan sejarah Kawasan
  1. Tahun 1911, satwa komodo pertama kali ditemukan oleh JKH Van Steyn
  2. Tahun 1912, satwa tersebut diberi nama Varanus komodoensis oleh PA. Owens
  3. Tahun 1912, Sultan Bima mengeluarkan surat keputusan untuk melindungi komodo
  4. Tahun 1938, Residen Flores mengeluarkan keputusan tentang pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Rinca, Pulau Padar disusul penetapan Suaka Margasatwa Pulau Komodo pada tahun 1965.
  5. Pada 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menunjuk P. Komodo, Padar, dan Rinca sebagai Taman Nasional Komodo
  6. Tahun 1986, UNESCO menetapkan sebagai Cagar Biosphere (Man and Biosphere Reserve)
  7. Tahun 1991, UNESCO menetapkan sebagai Warisan Dunia (World Heritage Site)
  8. Tahun 1992, Komodo ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Simbol Nasional
  9. Tahun 1992, Perubahan fungsi Suaka Margasatwa P.Komodo, P. Rinca dan P. Padar seluas 40.728 Ha dan Penunjukan Perairan Laut seluas 132.572 Ha menjadi Taman Nasional Komodo.
  10. Tahun 2000, ditetapkan kawasan pelestarian alam perairan oleh Menteri Kehutanan dengan luas 132.572 Ha.
  11. Tahun 2006, TN. Komodo termasuk 20 Taman Nasional Model di Indonesia.
FISIK
Geologi
Kawasan TN. Komodo terletak pada pertemuan dua lempengan kontinen Sahul dan Sunda. Gesekan antara kedua lempengan tersebut, telah menimbulkan letupan vulkanis besar dan tekanannya menyebabkan pengangkatan terumbu karang dan fenomena vulkanis itulah yang menjadikan pulau-pulau di kawasan TN. Komodo. Komodo Barat, oleh para ahli diperkirakan terbentuk pada era jurasic atau sekitar 130 juta tahun lalu, sedangkan Komodo Timur, Rinca, dan Padar, diperkirakan terbentuk sekitar 49 juta tahun lalu dalam era Eosin. Pulau-pulau tersebut berubah terus menerus melalui proses erosi dan penumpukan. Berdasarkan geologis berskala 1:250.000 oleh Van Bemmelen tahun 1949, formasi batu yang tersebar di TN. Komodo adalah formasi andesit, deposit vulkanis dan formasi efusif.
Topografi
Terdapat topografi Taman Nasional Komodo bergelombang, berupa bukit-bukit dan gunung-gunung. Dibeberapa tempat terdapat lereng yang terjal dan curam dengan kemiringan mencapai 80 % dan ketinggiannya berkisar antara 0-735 m dpl. Gunung yang tertinggi adalah Gunung Satalibo (735 m dpl) terletak di P. Komodo, dan Gunung Ora (667 m dpl) di P. Rinca.
Iklim

Sejarah Suku Semende dalam Penellitian


  1. Pada tahun 1650 masehi atau 1072 hijriyah telah bertemu sekitar 50 ’ulama di Perdipe, Sumatera Selatan.
  1. Mereka berasal dari wilayah Rumpun Melayu yang meliputi Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaka, Fak-Fak- Papua, Ternate, dan Kepulauan Mindanau.
  1. Hasil Mudzakarah ini memunculkan perluasan dakwah Islam yang berakibat terkikisnya faham anismisme dan budaya jahiliyah di masyarakat.

Dari "nasi angat " cinta mak kepada bapak




Mak selalu menekankan satu hal padaku...

"membuat suami betah di rumah suguhi nasi angat"

Awalnya aku agak aneh mendengar ungkapan itu, tapi akhirnya  mengerti... sifat nasi adalah lengket, jika ia di masak dengan air yang banyak dia tidak akan padat bisa berfungi sebagai lem, jika kenyal sifatnya mengenyangkan, jika tlah terisi penuh maka suami enggan keluar rumah... itu mengapa mak mengharuskan tinggal denganya sebelum pernikahan beberapa bulan mendatang, agar belajar tentang nasi angat, kata mak... meskipun makanan di luar rumah beragam dan lezat, tapi tidak ada yang lebih lezat di banding nasi angat di hasilkan dari dapur sendiri...mak juga bertutur... suami mencintai istri yang selalu menyuguhi nasi angatnasi angat adalah simbol ketulusan istri...sebab sesibuk apapun iistri tidak lupa akan ungkapan cinta pada suami dengan Nasi....juga mempersatukan keluarga besar dalam satu hidangan... kata bapak keluarga harmonis adalah keluarga makan berjamaah

Apa yang di katakan mak kuyakini hal benar, dia sudah mengikat bapak dengan "nasi angatnya" ... cinta mereka bertahan hingga tubuh mereka menua, tapi cinta diantara keduanya tak pernah menua. Di masa-masa tua, mereka masih terlihat kuat... dan bapak dia tidak pernah merasa tua... katanya fisik boleh tua...tapi jiwa tidak.

Cerpen


SANG TUNGGU TUBANG


By: Aini said



Api  menyala garang di dapur, asap  mengepul hitam. Umak1 terbatuk-batuk terhisap abu kayu bakar yang melayang-layang oleh angin. Tampah ia kipas-kipaskan kearah tumpukan kayu yang sudah di siram minyak tanah. Jari-jemariku memetik daun ubi dari tangkainnya sambil duduk di lantai  beralaskan tikar lusuh di anyam dari daun enau. Setelah api  cukup stabil, umak meletakan periuk sudah berisi beras dua  canting2  yang dia cuci bersih.

Bak3 sedang sibuk  besiang4 di kebun kopi. Katanya  rumput sudah tumbuh liar kembali, jika tidak segerah dibersihkan akan menghambat pertumbuhan kopi, selain itu bak sekalian memangkas tunas-tunas  yang tumbuh subur di ruas-ruas pohon kopi, jika tidak di buang pertumbuhan kopi akan kerdil dan  buahnya juga tidak akan memuaskan. Sebagai petani bak adalah seorang laki-laki pekerja keras, hampr seluruh hidupnya di habiskan di sawah dan di kebun kopi. Beliau tidak mempunyai pekerjaan lain selain bertani, dia bukan seorang PNS, hanya laki-laki biasa, namun di mataku ia sungguh laki-laki luar biasa

Udem5 kau memetik daun ubi? Lama betul. Apa yang kau pikirkan?” suara umak menerbangkan lamunanku… aku membawa bakul berisi penuh daun ubi, kucuci dengan air selan56 yang di alirkan dari mata air Tulung yang berada tepat di pinggir sungai Beringin, mata air Tulung itu tiba-tibah saja muncul dan membetuk lobang  cukup besar  kemudian mengalirlah air cernih yang segar, masyarakat desa Tanjung Raya berbondong-bondong memasang selang dan membangun semacam corong besar terbuat dari bambu  agar masyarakat dimudahkan untuk mengambil air bersih, diberi nama mata air Tulung konon katanya orang yang menemukan mata air itu berteriak-teriak ditengah desa sambil minta tolong akhirnya terkenalah dengan Tulung yang artinya minta pertolongan, sedangkan air sungai Beringin tidak layak untuk di jadikan air minum sebab air yang mengalir diantara bebatuan besar itu berwarna coklat lekat bercampur tanah liat , lagian air Beringin dijadikan tempat mencuci pakaian, tempat anak-anak berenang serta bermain.

Desa yang di tinggalkan

Stelah cukup lama merantau aku kembali ke kampung halamanku, berada di dekat orang tua adalah hal paling menyenangkan bagiku saat itu, kebetulan mak mempunyai warung manisan… kegiatan mak  berjualan dan bapak adalah seorang pensiunan kepala sekolah.

Desaku sepi dan sejuk… selama menganggur di Desa, aku hanya mondar-mandir menikmati indahnya alam… jika aku berdiri di pinggir jalan maka sepanjang mata memandang akan terdapat hamparan sawah bertingkat-tingkat, serta bunyi gemercik air beringin  mengalir pelan di antara sela-sela batu besar di pinggir Desa… telinga akan menangkap senandung burung kutilang dan sesekali terdengar kokokan ayam, hanya beberapa saja mobil lewat sebab transportasi di Desa hanya lancar pada jam-jam tertentu pagi dan sore hari

Mengapa Desaku sangat sepi?

Jika pagi hari penghuninya pergi bekerja ke Sawah atau kekebun kopi… jika siang hari kita akan mendapatkan rumah-rumah tertutup rapat, bahkan hanya beberapa orang saja  di temui di jalan, kalaupun ada orang di rumah mereka memilih tidur siang saja. Di siang hari Desa sangat hening, bahkan bunyi angin saja terdengar … tambah lagi jika sedang hujan, Desa seperti tidak ada penghidupan di dalamnya

Mistik… Ulat Hatus


Ketika aku kecil dulu kira-kira SD, desa kami tiba-tiba diserang ulat kecil yang bergerombol disekitaran tanah. Aku mencoba bertanya pada mak tentang hal ini

“mak, aku melihat banyak betul ulat-ulat kecil! Ulat jenisapa itu?” Mungkin waktu itu aku tidak puas mendengar jawaban-jawaban orangdewasa yang terdengar serius jika ulat itu adalah jelmaan Iblis sebab katanyabanyak pemuda-pemudi melakaukan hubungan suami istri diluar nikah.

Sepertinya jawaban mak akan mengarah ke hal yang sama

“itu berarti desa kita kotor”

“kotor?” layaknya anak kecil aku tidak gampang puas denganjawaban mak

“kalo kamu suda dewasa kamu akan mengerti” penjelasan makjuga menggantung

Ke esokan harinya, aku kembali memperhatikan ulat-ulat itu,kecil-kecil berwarna kuning, beberapa minggu kemudian terjadi pernikahan didesa kami, dan aku juga mendengar pembicaraan jika pengantin wanitanya hamilduluan…

Setelah aku dewasa dan merantau jauh dari Desa, aku jugamendengar cerita dari bapak kalo desa terserang wabah kutu anjing di mana-mana,yahhh terlihat juga kulit bapak bentol-bentol dan hampir seluruh Desa di serangoleh gigitan kutu anjing. Akhirnya seluruh penduduk Desa melakukan rapat adatdan menyelenggarakan cuci Kampung, sebab paada saat itu banyak sekali remaja hamildi luar nikah… anehnya setelah melakukan ritual itu kutu-kutu anjing menghilangseketika.

Kadang aku tak habis pikir begitu besar pengaruh pergaulanbebas masuk dalam kampungku, mungkin juga pengawasan orang tua… nilai-nilaiadat telah bergeser kini, mungkin juga wabah-wabah tersebut menyerang Desaku karenapara nenek moyang marah akan kelakuan keturunan mereka yang tak bermoral lagi.

Lidah atau mulut?


Beberapa hari lalu aku sempat marah pada orang-orang tertentu. Sebab si A berkata 

" kata si B kamu begitu, kata si C juga begini, kata si D kamu begono, kata si E kamu begine" 

alah pusing... reaksi wajar kalo aku marah kok yah tega-teganya orang itu berkata sesuatu yang gak wajar untuk dikatakan..... pokoknya jadi semeraut gak tau lagi siapa bakalan di percaya. Akhirnya... saat aku konfirmasi, lah yah semua gak ngaku apapun... malah lempar sana lempar sini, malah balik ke aku lagi, kan jadi aneh... dari pada lebih berkobar dan gak damai-dama aku ngambil kesimpulan sendri aja 

bahawa...

Gak suka Boyband!!!!


Gak suka aja.... gak ampe fanatik gak suka sampai cuihhhhhhhh cuihhhh hihihih, kalo menurut aku sih terlalu lebay... lakunya juga bakalan sebentar kayak musik musiman gitu. Yah, mungkin juga faktor usia kale ya, gak zamannya aku juga harus suka sama ABG begituan, aku lebih suka lagu-lagu Teteh Rossa ama Mbak Agnes monica atau Dangdut sekalian hahahha... 

Om Felix Maringka, Ahmad dani Mulan

Pas liat beliau di TV ya ampun langsung terpesona aja sama keromantisan dan keluesan si Opah keindahan kata-kata yang dia rangkai untuk sang istri tercinta... Paulina... Tapi... yang lebih menarik lagi... pas si Anang bilang Gini sama Ahmad... "Coba Dani bisa gak ngucapin cinta sama Mulan, istrinya sekarang" Si mas botak cuma senyum-senyum aja... aiy mas... gimana toh... istri aja malas banget di akuin di depan umum... hahahha... meski di berbagai media mencoba mengukapkan hubungan mereka tetep aja tidak ada pengakuan langsung dari si jenggot kepang:) 

Nah terlepas dari itu semua bo` Om Felix keren banget... cepat sembuh untuk istrinya, bener kata Dani kalo Opa Paulina beruntung banget dapat suami penuh cinta kayak Felix

.
Sukses yah Opah




BBM & Para lelaki lebay


BBM naik lagi… hmmm… pusing juga mikirinya, di mana-mana demo weih pak polisinya dah pakek pentungan dan gas air mata untuk ngusir para pendemo, tiap kali BBM naik... dah jadi kewajiban nampaknya Negara Indonesia rusuh… kalo aku sih setuju gak setuju mesti setuju, sifat pemerintahkan memaksa… terserah deh, yang pasti sekarang kalo mau ngisi bensin kudu nyiapin uang lebih biasanya premium 4500 jadi 6000 dah :(…  satu lagi nie harus mengurangi jalan-jalan, apa lagi kekolam renang… jauhnya setengah metong meski semangat buat ngurusin badan dengan cara renang, tetap aja mikirin bensin hihihihih… nah, itu tadi dampak kenaikan BBM tetap aja kerasa.

Kalo di pikir-pikir, mendingan kayak zaman dahulu aja... pake sepeda udah sehat, bebas polusi, gak makek bensin lagi... kebayang deh indahnya Indonesia kalo menggalakkan sepeda, nah tapi... anehnya Indonesia adalah negara penuh dengan genksi... mana mau makek sepeda kemana mana...hihihih meski BBM naik ampe 15000 per litter tetep aja digasak, githu loh cyin... sifat pamernya gak bisa di ilangin... Indonesia gituh... liatin aja sinetronnya menjual mimpi semua lebayyy... sangking kayanya pakek hellykopter, bener gak yah tulisanya? hahahhaha.... ampun!!

Wanita


Belum juga gelap ketika aku melangkah menemui laki-laki itu ditemani seorang teman wanitaku. Sesuatu meluncur deras dalam benakku, rasa kecewa… sebab cintaku harus di ukir oleh orang lain… itu untuk menggenapkan cerita hidup sebagai anak manusia ialah menikah… inikah wanita? Menikah adalah sebuah paksaan jika sudah memasuki usia masa tenggang 27 tahun, keluargaku takut jika perawan tua tersemat dalam diriku…


Jika boleh memilih aku ingin dilahirkan sebagai manusia di hormati segala pilihan hidupnya… tapi mungkin aku ini termasuk wanita pikiranya terlalu bebas… ingin mencoba segala hal, mungkin juga terlalu bodoh… susah memang mempunyai tipe hati yang “enggak enak nanti belalala”… aku yakin pernikahan ini tidak dilandasi cinta sama sekali tapi penyerahan agar kedua orang tuaku lepas dari semua beban hidup mereka karena aku


Dia lebih mudah dua tahun dariku, laki-laki itu sama sekali tidak mengenali peribadiku… sama sepertiku samar ketika melihat dia… tapi, bukankah demi cinta juga aku harus mengorbankan semuanya? Karena cintaku kepada orang tuaku yang telah senja… sebuah pernikahan telah di siapkan, persis di masa Siti Nurbaya… ibuku telah membangunkan rumah besar untuku agar aku tidak menjadi beban buat kakak-kakaku… seperti sudah di torehkan takdir, tiba-tiba aku lupa caranya bahagia karena mencintai seseorang…

Kini, ibuku… selalu bercerita tentang calon menantunya nanti… kebahagiaan penuh berbinar di hatinya, sedangkan aku? Bahkan kami tidak pernah berhubungan lewat apapun… sms? Telepon… aku pernah mengeluh tentang hal itu…ibuku bilang.


“dia itu pemalu, waktunya sudah di tetapkan kok… untuk apa berhubungan lewat telepon atau sms toh kalian akan menikah juga”

setelah mendengar kata-kata itu, aku tidak mau lagi membantahnya, aku tak tega lagi… Cuma inilah cara membahagiakan belaiau toh… cara pikirku yang tak bisa beliau ikuti sebagai penderitan batin baginya belum lagi dia harus berjuang melindungiku dari serangan-serangan dari luar… kusadari ibuku menikahkanku untuk mencari pelindung untuku, sebab kata ibuku tak selamanya dia akan hidup dan mendampingku… jika merenungkan kata itu hatiku jadi lemah…


Menikah? Cinta? Bagaimana rasanya cinta… ? memilih… atau dipilihkan? Wanita tidak bebas memilih… iya kan?




Kampung Halamanku, Semendo



Tidak banyak orang tau tentang kampung kelahiranku. Sebuah desa sangat terpencil terselip diantara bukit barisan, sawah-sawah bertingkat persis seperti Piramid menurun, di alirin sungai dari lereng gunung, ditengah-tengahnya terdapat batu-batu besar, sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari perkebunan kopi... dusun
Semendo, kab Muara Enim, Sumatra Selatan namanya... sekarang para penduduknya sedang asik memanen cengkeh meski batang-batangnya sangat sedikit sebab mati dimakan waktu, hidup cengkeh tidak sepanjang pohon kopi... harga cengkeh sedang naik melangit... disepanjang jalan desa di hampari oleh cengkeh, baunya menyengat hidung, keuntungan besar bagi penduduk yang masih mempunya pohon cengkeh...

Ketika cinta takmemilih....

Masih dalam dekapan cinta yang telah sirna oleh debu-debu waktu. Tiba-tiba sepi serasa jadi ribuan pana siap menghalau hati kosong seperti dimedan perang.

Dia tetap berdiri, duduk diam di halte bis. Halte yang bertahun-tahun ia tempati tanpa beranjak sedikitpun. Di halte itu juga.... ribuan bahkan ratusan orang lalu lalang berganti cerita. Dia tetap... di halte itu duduk diam mematung....

Dia adalah seorang penumpang yang tiba-tiba di turunkan begitu saja dihalte itu, dia dia mempunyai seorang teman, namun teman itu lebih dulu naik bis dan melaju tanpa sadar ia telah meninggalkan teman yang sangat memubtuhkannya...

Bertaun-taun lamanya, dia tetap seperti itu...sedangkan orang lain telah berganti dari bis ke mobil dan kendaraan lainnya...

Rupanya ia tetap menunggu....

tanpa bicara sebenarnya apa yang dia tunggu

CINTA YANG TIDAK PERNAH MEMILIHNYA dan TANGGUNG JAWAB SEBUAH PERASAAN YANG DISALAHKAN KARENA DIA MENANGGUNGNYA SENDIRI, PERASAAN YANG TERLALU BESAR.... PERASAAN YANG IA SESALKAN MENGAPA TIBA-TIBA MENJADI JAMUR DALAM HIDUPNYA....

Bapak... bilik-bilik rinduku

Akhir-akhir ini beliau sering sekali menelponku. Seperti tadi...
"hallo nak?"
"ya pak?" suara tuanya itu selalu menghantam hatiku
"dimana? sudah makan?"
"sudah pak... bapak apa kabar? sehat?"
"iya sehat. Hati-hati yah nak... "
Mata sipit dan kulit putih itu serta kening jenongnya sama sepertiku. Seorang laki-laki tua telah berjalan kadang memakai tongkat. Dia tidak merokok, tidak minum kopi. Setiap sore ia duduk di depan tokoh kecil kami, melantunkan ayat suci Al-Quraan dan menghabiskan sore dengan membaca kitab-kitab . Dia adalah laki-laki gagah, percaya diri dan baunya sangat harum , harum sampai kehati... katanya itu minyak wangi dari Mekkah... wajahnya putih bersih...sisa-sis ketegasan masa mudah masih terpancar di kerut mukanya...
Seorang laki-laki kelahiran 1933 sudah sangat renta, dia pernah hidup di masa Belanda... menceritakan masa kecilnya melihat rombongan tantara berambut pirang.

Senja yang tak senja

Kubawa motor mengikuti liku jalan. Sinar ke emasan menyebur di langit Baturaja, acara Wisudah Fathona selsai sore hari, menyisahkan keletihan di raga. Lampu-lampu jalan tlah menyala, dan angin seakan ingin bersarang didahan pohon. Setiap kali melihat pintu jendela rumah setengah tertutup, ada sesuatu hampa di hati. Kupelankan laju motor, menikmati sore kian sepi.

Akhirnya aku menyadari satu hal... perpisahan juga adalah proses, begitupun pertemuan dan perpisahan dengan mereka:) para mahasiswa angkatan pertama LPGTK FATHONA

Wisudah LPGTK FATHONA, sukses... setengah tahun aku mengenal mereka, beteman dan bergosip. Aku belajar dari ibu-ibu itu, jika menuntut ilmu tidak terbatas pada usia. Tadi, dalam balutan makeup terang mereka menyapaku ramai-ramai... dan aku sangat terkejut dengan dandanan mereka begitu WOW... kebahagiaan mereka di ikuti oleh sanak saudara.

LPGTK (Lembaga Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak) Fathona, adalah sebuah Lembaga pendidikan di naungi oleh Yayasan Fathona, bertempat di Baturaja, sumatra Selatan. Hari ini telah menelurkan angkatan pertama. Itu berarti, aku juga sudah hampir setengah tahun di tempat ini...

Tadi, sebelum acara dimulai... aku dikejutkan oleh salah satu mahasiswa sedang berbahagia, sebab dia menjadi mahasiswa dengan predikat terbaik prtama

"aduh, tolong dong Jan... dandani ayuk" aku terbengong, aduh.... aku saja tidak pernah berdandan, karena waktu mepet, akupun melakukannya, meski dia harus ikhlas sebab bedaknya tidak rata:)

Aku jadi fotografer dadakkan... cpret sana, cpret sini... mengabadikan kesuksesan para mahasiswa itu

Ikut berbahagia dengan diwisudahnya mereka. Begitukah rasanya? Bahagia... kebahagiaan belum tuntas kulakukan seperti mereka...

Hmmm...

Tiba-tiba saja... ada kosong dan semakin kosong

Lalu sesuatu yang semakin tidak kumengerti...

Takdir...

Calon menantu & ibuku

Dulu, ketika aku masih kecil, ibuku selalu mendongeng padaku, istilah orang kampung kami Berejung, bercerita dengan bersenandung. Setiap kali dia Berejung aku menangis, sebab semua cerita dia dengarkan padaku adalah kisah-kisah meremukan hati, bukan karena alur dongenya akan tetapi nada ibuku ketika bersenandung... kebanyakan kisahnya adalah "SEORANG PUTRI DIANIYAYA OLEH SAUDARA-SAUDARANYA LALU MENIKAH DENGAN SEORANG PANGERAN" Tapi, kenyataanya aku selalu menganiyaya saudara-saudaraku:P gak ding becanda...namanya juga dongeng:)

Ibuku... dia menunggu menantu terakhir, tapi sang pangeran belum datang juga dalam hidupku, yah mungkin tersesah di hutan kaleee... Kerinduanya pada calon menantunya melebihi rasa rindunya padaku. Ketakutanya lebih besar dari ketakutanku dalam menjalankan hidupku...

"ibu hanya ingin ada menjagamu kelak.... ibu tidak mungkin akan selamanya mendampingi kamu nak" hatiku seperti dibakar habis setiap kali mendengarnya. Waktu tidak pernah memaafkan aku, jika aku tidak mencoba memmperbaiki keadaan. Aku ingin bu...tapi belum ada datang padamu mengatakan "aku ingin melamar anak ibu menjadi istriku"

Aku masih ingat kejadian, ketika kakaku menjodohkan aku pada seorang TUKANG GENTENG, ups! juragan pagar... eh... pemilik bengkel... aduh, lupa apa...pokoknya begitu deh. Sang kakak semangat 90... katanya di telepon

"kalo bisa bulan depan menikah" cape deh...ketemua aja belum. Dia memang baik-baik ketika menelpon didepan kakaku, sok-sok pemalu... jujur aku menunggu sms dan telponya.... menunggu keseriusan darinya, dua minggu akhiranya tak ada niat baik darinya. Tapi, sang kakak selalu memberi dorongan agar mendekatinya. Aduh, sang kakak lupa kali yah, kalo aku ini perempuan, malu dong... TIDAK ADA KATA MENDEKATI DALAM HIDUPKU, perempuan menempatkan harga diri dari segala-galanya, kehormatanya diatas kepala... itu yang diajarkan ibuku.

Tiba-tiba sang calon pacar sms... "kita masih bisa kan jadi teman"

Gugur deh harapan memberikan menantu untuk sang ibu. Berati bukan jodoh...

Dan kisah sebelum ini, datang dari laki-laki lain, kami sempat DEKAT, dengan harapan akan segra menikah. Tapi, karena dia terlalu kekanak-kanakan untuk kupahami, dan ternyata pacarnya buanyak banget... gak ah, aku tidak ingin ibuku menangis hanya karena anaknya di hianati terus menerus... aduh, aku mundur....

Akhirnya aku berhenti mencari....

mempertahankan JOMBLO.... berusaha SOK SIBUK untuk membunuh kesepian dan kesunyian, dengan satu keyakinan pangeran di ceritakan ibu datang dalam hidupku.

Akan indah pada saatnya....

Cinta jangan di paksa-paksa, gak enak rasanya...itu syair MANIS MANJA GRUP zaman dahulu kala:)

dan lebih aman... TANPA PACARAN... hati terjaga dari rasa sakit, sebab kata Ploto CINTA ADALAH PENYAKIT SOSIAL YANG KRONIS...

Rumit kan HIDUP MELAJANG?