dimana aku masih menuju tempat yang bisa aku tuju... dan tidak menunggu saat tempat itu tidak bisa jadi tujuan utama lagi...
mungkin... bagi sebagian orang, aku seperti penghianat... ah, setiap orang punya hak untuk bersuara... hak azazi kata dunia.... fikiranku yang tak bisa ditebak oleh siapapun, seperti lingkaran pelangi yang melengkung bahkan terlalu banyak corak hingga tak tau lagi mana warna paling dominan
Kesepian jiwa....
dimanapun dia... akan tetap sepi...
seperti mencari daun jatuh diatas bumi... mengenang hijaunya dulu....
tempat itu selalu jadi tujuannku... kala hati lelah karena mulai menyerah lama.... sebenarnya dahaga tak kunjung usai, tapi setidaknya tujuan itu mengingatkan aku pada satu hal "LAMBANG PENGORBANAN" dan setiap kali aku mengenang itu aku mulai berfikir untuk terus berjalan lagi...
entah... saat tujuan itu tak lagi jadi tujuanku kelak, dan semua orang hanya menganggapku ada karena tujuanku.... kata mereka aku hanya sosok rapuh berlindung diatas tembok tujuanku... ketika mereka melakukan segala hal sebab tujuanku... kurasa semuanya didasarkan pada rasa kasian...
tidak salah aku berlindung...
ketika tujuanku tak lagi bisa melindungiku... mungkin akulah yang akan menjadi pelindung kokoh... karena tak punya pilihan lain selain "berlindung pada diri sendiri" dan tanpa aku sadarai.... bahwa semuanya telah membentuk aku menjadi pelindung....
hinggga menipis oleh waktu
mungkin... bagi sebagian orang, aku seperti penghianat... ah, setiap orang punya hak untuk bersuara... hak azazi kata dunia.... fikiranku yang tak bisa ditebak oleh siapapun, seperti lingkaran pelangi yang melengkung bahkan terlalu banyak corak hingga tak tau lagi mana warna paling dominan
Kesepian jiwa....
dimanapun dia... akan tetap sepi...
seperti mencari daun jatuh diatas bumi... mengenang hijaunya dulu....
tempat itu selalu jadi tujuannku... kala hati lelah karena mulai menyerah lama.... sebenarnya dahaga tak kunjung usai, tapi setidaknya tujuan itu mengingatkan aku pada satu hal "LAMBANG PENGORBANAN" dan setiap kali aku mengenang itu aku mulai berfikir untuk terus berjalan lagi...
entah... saat tujuan itu tak lagi jadi tujuanku kelak, dan semua orang hanya menganggapku ada karena tujuanku.... kata mereka aku hanya sosok rapuh berlindung diatas tembok tujuanku... ketika mereka melakukan segala hal sebab tujuanku... kurasa semuanya didasarkan pada rasa kasian...
tidak salah aku berlindung...
ketika tujuanku tak lagi bisa melindungiku... mungkin akulah yang akan menjadi pelindung kokoh... karena tak punya pilihan lain selain "berlindung pada diri sendiri" dan tanpa aku sadarai.... bahwa semuanya telah membentuk aku menjadi pelindung....
hinggga menipis oleh waktu