Tidak ada debaran...
Tidak ada semu di wajahku...
Hanya
perasaan selintas dan pilu, hanya itu saja... perasaan
menghentak-hentak ulu hati, ketika terbayang aku akan menjadi milik
pria asing belum kukenal sama sekali, serta kesedihan akan meninggalkan
mak... tak ada senyum di bibirku, kecuali bengkak pada kedua mata sebab
tangis malam tadi tiada henti. Jilbab hijau terpasang rapi di kepalaku,
di hiasi dengan bunga-bunga melati, aku ditemani oleh beberapa gadis di
dalam kamar yang bernuansa biru. Diluar ruang tengah rumah... sudah
ramai keluarga mempelai laki-laki mendampingi menyebutkan ijab kabul...
sudah aturan Agama dan Adat istiadat jika ijab kabul dilakukan
terpisah.
Anehnya... malah para gadis di dalam kamarku
yang heboh, aku hanya menyeringai selintas. Kudengar suara tua bapak
melalui pengeras suara... ia menyerahkan anak bungsunya ketangan
laki-laki ia pilihkan untuku, meskipun tanpa pacaran sama sekali...
tanpa berkomunikasi.... tanpa aku tau siapa dia sebenarnya, hanya
informasi umum... dia lebih muda dua tahun dariku serta laki-laki
pekerja keras.... mak yang memilihkanya untukku... menarik, acara ijab
kabul itu prsis seperti di film Ayat-Ayat cinta, meski kisah cintanya
sama sekali tak mirip 0% pun....
setelah ijab...
aku duduk berdampingan denganya...
Benar, dia laki-laki muda... ada perasaan dingin menyergap dalam hatiku, rasa aneh yang coba tidak kumengerti sama sekali...
Aku mulai sujud pada mak...