Kampung Halamanku, Semendo



Tidak banyak orang tau tentang kampung kelahiranku. Sebuah desa sangat terpencil terselip diantara bukit barisan, sawah-sawah bertingkat persis seperti Piramid menurun, di alirin sungai dari lereng gunung, ditengah-tengahnya terdapat batu-batu besar, sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari perkebunan kopi... dusun
Semendo, kab Muara Enim, Sumatra Selatan namanya... sekarang para penduduknya sedang asik memanen cengkeh meski batang-batangnya sangat sedikit sebab mati dimakan waktu, hidup cengkeh tidak sepanjang pohon kopi... harga cengkeh sedang naik melangit... disepanjang jalan desa di hampari oleh cengkeh, baunya menyengat hidung, keuntungan besar bagi penduduk yang masih mempunya pohon cengkeh...

Ketika cinta takmemilih....

Masih dalam dekapan cinta yang telah sirna oleh debu-debu waktu. Tiba-tiba sepi serasa jadi ribuan pana siap menghalau hati kosong seperti dimedan perang.

Dia tetap berdiri, duduk diam di halte bis. Halte yang bertahun-tahun ia tempati tanpa beranjak sedikitpun. Di halte itu juga.... ribuan bahkan ratusan orang lalu lalang berganti cerita. Dia tetap... di halte itu duduk diam mematung....

Dia adalah seorang penumpang yang tiba-tiba di turunkan begitu saja dihalte itu, dia dia mempunyai seorang teman, namun teman itu lebih dulu naik bis dan melaju tanpa sadar ia telah meninggalkan teman yang sangat memubtuhkannya...

Bertaun-taun lamanya, dia tetap seperti itu...sedangkan orang lain telah berganti dari bis ke mobil dan kendaraan lainnya...

Rupanya ia tetap menunggu....

tanpa bicara sebenarnya apa yang dia tunggu

CINTA YANG TIDAK PERNAH MEMILIHNYA dan TANGGUNG JAWAB SEBUAH PERASAAN YANG DISALAHKAN KARENA DIA MENANGGUNGNYA SENDIRI, PERASAAN YANG TERLALU BESAR.... PERASAAN YANG IA SESALKAN MENGAPA TIBA-TIBA MENJADI JAMUR DALAM HIDUPNYA....

Bapak... bilik-bilik rinduku

Akhir-akhir ini beliau sering sekali menelponku. Seperti tadi...
"hallo nak?"
"ya pak?" suara tuanya itu selalu menghantam hatiku
"dimana? sudah makan?"
"sudah pak... bapak apa kabar? sehat?"
"iya sehat. Hati-hati yah nak... "
Mata sipit dan kulit putih itu serta kening jenongnya sama sepertiku. Seorang laki-laki tua telah berjalan kadang memakai tongkat. Dia tidak merokok, tidak minum kopi. Setiap sore ia duduk di depan tokoh kecil kami, melantunkan ayat suci Al-Quraan dan menghabiskan sore dengan membaca kitab-kitab . Dia adalah laki-laki gagah, percaya diri dan baunya sangat harum , harum sampai kehati... katanya itu minyak wangi dari Mekkah... wajahnya putih bersih...sisa-sis ketegasan masa mudah masih terpancar di kerut mukanya...
Seorang laki-laki kelahiran 1933 sudah sangat renta, dia pernah hidup di masa Belanda... menceritakan masa kecilnya melihat rombongan tantara berambut pirang.

Senja yang tak senja

Kubawa motor mengikuti liku jalan. Sinar ke emasan menyebur di langit Baturaja, acara Wisudah Fathona selsai sore hari, menyisahkan keletihan di raga. Lampu-lampu jalan tlah menyala, dan angin seakan ingin bersarang didahan pohon. Setiap kali melihat pintu jendela rumah setengah tertutup, ada sesuatu hampa di hati. Kupelankan laju motor, menikmati sore kian sepi.

Akhirnya aku menyadari satu hal... perpisahan juga adalah proses, begitupun pertemuan dan perpisahan dengan mereka:) para mahasiswa angkatan pertama LPGTK FATHONA

Wisudah LPGTK FATHONA, sukses... setengah tahun aku mengenal mereka, beteman dan bergosip. Aku belajar dari ibu-ibu itu, jika menuntut ilmu tidak terbatas pada usia. Tadi, dalam balutan makeup terang mereka menyapaku ramai-ramai... dan aku sangat terkejut dengan dandanan mereka begitu WOW... kebahagiaan mereka di ikuti oleh sanak saudara.

LPGTK (Lembaga Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak) Fathona, adalah sebuah Lembaga pendidikan di naungi oleh Yayasan Fathona, bertempat di Baturaja, sumatra Selatan. Hari ini telah menelurkan angkatan pertama. Itu berarti, aku juga sudah hampir setengah tahun di tempat ini...

Tadi, sebelum acara dimulai... aku dikejutkan oleh salah satu mahasiswa sedang berbahagia, sebab dia menjadi mahasiswa dengan predikat terbaik prtama

"aduh, tolong dong Jan... dandani ayuk" aku terbengong, aduh.... aku saja tidak pernah berdandan, karena waktu mepet, akupun melakukannya, meski dia harus ikhlas sebab bedaknya tidak rata:)

Aku jadi fotografer dadakkan... cpret sana, cpret sini... mengabadikan kesuksesan para mahasiswa itu

Ikut berbahagia dengan diwisudahnya mereka. Begitukah rasanya? Bahagia... kebahagiaan belum tuntas kulakukan seperti mereka...

Hmmm...

Tiba-tiba saja... ada kosong dan semakin kosong

Lalu sesuatu yang semakin tidak kumengerti...

Takdir...

Calon menantu & ibuku

Dulu, ketika aku masih kecil, ibuku selalu mendongeng padaku, istilah orang kampung kami Berejung, bercerita dengan bersenandung. Setiap kali dia Berejung aku menangis, sebab semua cerita dia dengarkan padaku adalah kisah-kisah meremukan hati, bukan karena alur dongenya akan tetapi nada ibuku ketika bersenandung... kebanyakan kisahnya adalah "SEORANG PUTRI DIANIYAYA OLEH SAUDARA-SAUDARANYA LALU MENIKAH DENGAN SEORANG PANGERAN" Tapi, kenyataanya aku selalu menganiyaya saudara-saudaraku:P gak ding becanda...namanya juga dongeng:)

Ibuku... dia menunggu menantu terakhir, tapi sang pangeran belum datang juga dalam hidupku, yah mungkin tersesah di hutan kaleee... Kerinduanya pada calon menantunya melebihi rasa rindunya padaku. Ketakutanya lebih besar dari ketakutanku dalam menjalankan hidupku...

"ibu hanya ingin ada menjagamu kelak.... ibu tidak mungkin akan selamanya mendampingi kamu nak" hatiku seperti dibakar habis setiap kali mendengarnya. Waktu tidak pernah memaafkan aku, jika aku tidak mencoba memmperbaiki keadaan. Aku ingin bu...tapi belum ada datang padamu mengatakan "aku ingin melamar anak ibu menjadi istriku"

Aku masih ingat kejadian, ketika kakaku menjodohkan aku pada seorang TUKANG GENTENG, ups! juragan pagar... eh... pemilik bengkel... aduh, lupa apa...pokoknya begitu deh. Sang kakak semangat 90... katanya di telepon

"kalo bisa bulan depan menikah" cape deh...ketemua aja belum. Dia memang baik-baik ketika menelpon didepan kakaku, sok-sok pemalu... jujur aku menunggu sms dan telponya.... menunggu keseriusan darinya, dua minggu akhiranya tak ada niat baik darinya. Tapi, sang kakak selalu memberi dorongan agar mendekatinya. Aduh, sang kakak lupa kali yah, kalo aku ini perempuan, malu dong... TIDAK ADA KATA MENDEKATI DALAM HIDUPKU, perempuan menempatkan harga diri dari segala-galanya, kehormatanya diatas kepala... itu yang diajarkan ibuku.

Tiba-tiba sang calon pacar sms... "kita masih bisa kan jadi teman"

Gugur deh harapan memberikan menantu untuk sang ibu. Berati bukan jodoh...

Dan kisah sebelum ini, datang dari laki-laki lain, kami sempat DEKAT, dengan harapan akan segra menikah. Tapi, karena dia terlalu kekanak-kanakan untuk kupahami, dan ternyata pacarnya buanyak banget... gak ah, aku tidak ingin ibuku menangis hanya karena anaknya di hianati terus menerus... aduh, aku mundur....

Akhirnya aku berhenti mencari....

mempertahankan JOMBLO.... berusaha SOK SIBUK untuk membunuh kesepian dan kesunyian, dengan satu keyakinan pangeran di ceritakan ibu datang dalam hidupku.

Akan indah pada saatnya....

Cinta jangan di paksa-paksa, gak enak rasanya...itu syair MANIS MANJA GRUP zaman dahulu kala:)

dan lebih aman... TANPA PACARAN... hati terjaga dari rasa sakit, sebab kata Ploto CINTA ADALAH PENYAKIT SOSIAL YANG KRONIS...

Rumit kan HIDUP MELAJANG?