Jika boleh memilih aku ingin dilahirkan sebagai manusia di hormati segala pilihan hidupnya… tapi mungkin aku ini termasuk wanita pikiranya terlalu bebas… ingin mencoba segala hal, mungkin juga terlalu bodoh… susah memang mempunyai tipe hati yang “enggak enak nanti belalala”… aku yakin pernikahan ini tidak dilandasi cinta sama sekali tapi penyerahan agar kedua orang tuaku lepas dari semua beban hidup mereka karena aku
Dia lebih mudah dua tahun dariku, laki-laki itu sama sekali tidak mengenali peribadiku… sama sepertiku samar ketika melihat dia… tapi, bukankah demi cinta juga aku harus mengorbankan semuanya? Karena cintaku kepada orang tuaku yang telah senja… sebuah pernikahan telah di siapkan, persis di masa Siti Nurbaya… ibuku telah membangunkan rumah besar untuku agar aku tidak menjadi beban buat kakak-kakaku… seperti sudah di torehkan takdir, tiba-tiba aku lupa caranya bahagia karena mencintai seseorang…
Kini, ibuku… selalu bercerita tentang calon menantunya nanti… kebahagiaan penuh berbinar di hatinya, sedangkan aku? Bahkan kami tidak pernah berhubungan lewat apapun… sms? Telepon… aku pernah mengeluh tentang hal itu…ibuku bilang.
“dia itu pemalu, waktunya sudah di tetapkan kok… untuk apa berhubungan lewat telepon atau sms toh kalian akan menikah juga”
setelah mendengar kata-kata itu, aku tidak mau lagi membantahnya, aku tak tega lagi… Cuma inilah cara membahagiakan belaiau toh… cara pikirku yang tak bisa beliau ikuti sebagai penderitan batin baginya belum lagi dia harus berjuang melindungiku dari serangan-serangan dari luar… kusadari ibuku menikahkanku untuk mencari pelindung untuku, sebab kata ibuku tak selamanya dia akan hidup dan mendampingku… jika merenungkan kata itu hatiku jadi lemah…
Menikah? Cinta? Bagaimana rasanya cinta… ? memilih… atau dipilihkan? Wanita tidak bebas memilih… iya kan?
0 komentar:
Post a Comment
Silakan tinggalkan Komentar anda