Endung Kebau, Bapang Kebau


Dongeng ini salah satu terpopuler sering sekali mak ceritakan padaku sebelum tidur semasa aku kanak-kanak.... cara mak bercerita sangat unik, ia menceritakanya dengan cara berdendang... aku akan mencoba menceritakanya kembali dengan versi-ku....

Disebuah desa, hiduplah satu keluarga aneh, 6 anak manusia memiliki orang tua kerbau. kelima anak anak kerbau ini tidak mengakui jika dua kerbau di kandang tersebut adalah mak bapak mereka... setiap hari anak-anaknya menyiksa, hingga terluka, di paksa bekerja tiada henti... tapi anak bungsu dari kerbau tersebut menerima keadaan orangtuanya denagan ikhlas, ialah merawat penuh cinta tiap kali kerbau ini terluka atas perbuatan kelima anaknya
karena malu dengan mak-bapak mereka, akhirnya keelima anak ini hendak membunuh kerbau tersebut... ia menghasut para warga untuk membunuh kerbau tersebut

"hai anak-anakku, kami ini adalah orang tuamu, mengapa kau begitu tega?"

"kau bukan siapa-siapa kami, kau siluman. Bunuh mereka hai warga kampung" 

warga kampung akhirnya terhasut... beramai-ramai penduduk menobaki tubuh kerbau.  Kelima anaknya juga tak kalah bengis menghujani tubuh orang tua mereka dengan tombak serta pedang. Melihat kejadian itu si bungsu menangis, tidak mampu berbuat apa-apa, menyaksikan pembunuhan orang tuanya...

Tumbanglah dua pasang binatang itu, si bungsu menghampiri mereka dengan berlinang air mata

"anakku jangan menangis, dengarlah pesan mak...kuburkan bapak dan makmu dengan layak, rawatlah kuburan kami, jika ada yang tumbuh di sekitar makam kami, jangan di cabut, peliharallah..."

Setelah orangtuanya meninggal saudara-saudaranya mengusir dapi rumah

si bungsu tinggal di ujung desa di sebuah pondok, lalu menguburkan kedua orangtuanya, selang beberapa tahun kemudian tumbuhlah pohon berkilau... si bungsu terus merawatnya hingga besar, meski daun-daunya berbentuk emas, tapi buahnya berbentuk tombak.... mendengar kabar jika si bungsu tlah kaya raya karena emas-emas itu, berdatanganlah kakak-kakaknya...

"bungsu... enak sekali hidupmu, kami ingin juga memetik emas di kuburan mak bapak kita" kata mereka membujuk si bungsu...

"sekarang kalian mengakui mereka sebagai mak bapak kita, semasa hidup mereka kalian menyiksa bahkan membunuh mereka"

"sudahlah bungsu, itu hanya masa lalu, bolehkah kami memetik daun-daun emas itu?"

"baiklah...petik dan ambil sekdarnya, jangan berlebihan"

kelima saudaranya adalah mahluk serakah mereka hendak menebang pohon tersebut, tapi yang terjadi malah tombak-tombak emas berjatuhan mengenai tubuh mereka, kelima saudaranya mati seketika...

selsai...

* * *
Inti dari cerita sebenernya adalah jangan durhaka pada orangtua, menerima kekurangan orangtua dengan ikhlas serta berbaktilah pada mereka. Setiap kali selsai membacakan cerita mak selalu menyisipkan kata-kata ini

"habis hikayatnye... umak makan duku, Aini makan durian..."

Aku tidak pernah mendengar dongeng ini dari manapun kecuali dapi mak, mungkin juga ini adalah hasil karya beliau... beliau sangat pandai mendongeng :)

Love you mom...


2 comments:

Silakan tinggalkan Komentar anda